Nama-nama Rumah Adat Sulawesi Selatan

Mari mengenal Rumah Adat Sulawesi Selatan dan beserta Daerahnya


   Seorang warga menggunakan pakaian adat tradisional baju bodo bersiap menghadiri peresmian revitalisasi kawasan Museum Istana Balla Lompoa di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis (17/3/2022). Peresmian revitalisasi kawasan Museum Istana Balla Lompoa peninggalan pemerintahan Raja Gowa ke-31 yang menggunakan APBD sebesar Rp6,3 miliar tersebut kini telah rampung dan diharapakan dapat meningkatkan minat wisata sejarah di Kabupaten Gowa. ANTARA FOTO/Abriawan Abhe/foc.

    Rumah adat Sulawesi Selatan punya berbagai nama dan bentuk. Kebanyakan orang mengenal Rumah Tongkonan sebagai rumah adat Sulawesi Selatan. Kenyataannya, ada berbagai jenis rumah adat lainnya dari provinsi ini. Selain memiliki bentuk yang megah, rumah adat khas Sulawesi Selatan umumnya adalah rumah panggung. Rumah ini memiliki bentuk dan struktur yang akan membuat berdecak kagum. Pastinya, terdapat serta filosofi kehidupan masyarakat setempat pada rumah tradisional ini.

Berbagai Rumah Adat Sulawesi Selatan

Provinsi Sulawesi Selatan sebenarnya memiliki 5 jenis rumah adat. Salah satu yang membuat rumah adat dari provinsi ini cukup unik adalah bentuknya rumah panggung dengan ketinggian mencapai 3 meter.

Untuk tahu lebih banyak lagi, simak ulasan lengkapnya berikut ini:

1. Rumah Tongkonan

 Rumah Adat Tongkonan: Sejarah, Jenis, Keunikan, Ciri Khas, Bentuk dan 3  Buku Terkait

Rumah panggung ini adalah rumah adat dari suku Toraja. Rumah Tongkonan dibangun dengan konstruksi yang terbuat dari kayu dan didirikan di atas tumpukan kayu. Selain itu, material utama dari rumah ini adalah kayu Uru yang bisa dijumpai dengan mudah di Pulau Sulawesi. Hebatnya, rumah adat ini dibuat tanpa menggunakan unsur logam, bahkan rumah ini juga dibangun tanpa paku. Salah satu yang membuat rumah ini semakin unik adalah ornamen ukiran yang mempercantik Tongkonan. Biasanya didominasi dengan warna merah, hitam, dan kuning. Jika dilihat, atap dari rumah adat Sulawesi Selatan ini berbentuk seperti perahu telungkup dengan buritan. Namun, ada juga yang mengatakan bentuknya seperti tanduk kerbau. Seperti kebanyakan rumah panggung, bagian bawah rumah ini difungsikan untuk kandang ternak pemiliknya. Selain itu,akan menemukan patung kepala keraca

2. Rumah Balla

 BallaΚΌ Lompoa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Jika Suku Toraja memiliki Rumah Toraja, maka Suku Makassar memiliki rumah adat yang mereka sebut sebagai Rumah Balla. Jika Moms perhatikan, rumah ini juga menyerupai rumah panggung dengan tinggi sekitar 3 meter. Untuk membangun rumah ini, dibutuhkan kayu dengan lima kayu penyangga ke arah belakang dan lima penyangga ke arah samping. Dahulu, Rumah Balla menggunakan atap yang terbuat dari bahan-bahan alam seperti rumbia, nipah atau bambu. Seiring perkembangan zaman, kini atap yang digunakan biasanya menggunakan seng atau genteng yang terbuat dari tanah liat. Dahulu, rumah ini juga identik dengan hunian para bangsawan. Salah satu yang uik dari rumah adat Sulawesi Selatan ini adalah bentuk atapnya yang seperti pelana kuda dengan ujung runcing yang mereka sebut timbaksela. Ini adalah simbol yang digunakan untuk menandakan derajat kebangsawanan masyarakat Suku Makassar. Pada bagian tangga rumah juga mempunyai dua jenis yang berbeda, yaitu sapana dan tukak. Perbedaan keduanya ada pada jenis bahan yang digunakan dan jumlah anak tangga. Jika pada sapana material yang digunakan adalah bambu dengan tiga atau lebih anak tangga yang dianyam, sementara tukak merupakan jenis anak tangga yang terbuat dari kayu. Selain itu, sapana juga biasanya hanya digunakan khusus untuk bangsawan, sementara tukak digunakan oleh rakyat biasa.

3. Rumah Adat Suku Bugis

Rumah Adat Sulawesi Selatan - Rumah Suku Bugis (rumah123.com)

    Berbeda dengan suku lain yang ada di Sulawesi Selatan, Suku Bugis menjunjung tinggi adat Sulawesi Selatan dan nilai-nilai agama Islam. Oleh karena itu, rumah adat Suku Bugis memiliki perpaduan yang unik sehingga menghasilkan desain rumah yang unik. Salah satunya adalah keharusan rumah adat Suku Bugis untuk menghadap kiblat. Ada tiga bagian dari rumah ini yakni rakkaeng, bola, dan awasao. Bagian rakkaeng umumnya difungsikan untuk penyimpanan barang berharga seperti emas, perak, keris, atau perhiasan lainnya. Area ini juga kerap digunakan untuk menyimpan persediaan makanan. Sementara pada bagian kedua adalah bola atau kalle bala, yang merupakan ruang khusus di dalam rumah yang digunakan untuk kebutuhan pemiliknya. Bagian bola ini adalah ruang pribadi dari pemilik seperti misalnya kamar tidur, ruang tamu, hingga dapur. Sementara itu, bagian terakhir adalah awasao atau passiringan yang merupakan sebuah ruang yang digunakan untuk menyimpan hewan ternak. Ruangan ini juga difungsikan sebagai tempat untuk menyimpan alat pertanian maupun alat untuk bekerja lainnya. Rumah panggung kayu asal Suku Bugis juga dibagi lagi menjadi dua jenis berdasarkan status sosial orang yang tinggal di rumah itu.  Rumah besar yang menjadi tempat tinggal keturunan raja atau kaum bangsawan disebut Rumah Saoraja (Sallasa) Sementara untuk orang biasa disebut dengan Bola.

4. Rumah Adat Suku Luwuk

Rumah Adat Khas Suku Luwuk (celebes.co)

    Rumah adat suku Luwuk pada zaman dahulu adalah rumah dari Raja Luwu. Jika diperhatikan,bangunannya sangat unik karena adanya 88 tiang berbahan utama kayu. Rumah adat ini disebut rumah Langkanae dan memiliki ukuran atap yang lebih besar dibandingkan badan rumah. Rumah adat ini memiliki tiga ruangan dengan fungsi yang berbeda. Ruangan pertama diberikan nama Tudang Sipulung dengan ukuran yang cukup besar untuk menampung tamu. Sementara ruangan kedua adalah ruang tengah sebagai tempat privasi keluarga dan tempat mereka beristirahat. Terakhir adalah ruang belakang yang terdiri dari dua kamar dengan ukuran kecil.

5. Rumah Adat Suku Mandar

Rumah Adat Sulawesi Selatan - Rumah mandar (celebes.co)    Rumah adat Sulawesi Selatan yang terakhir ini adalah rumah adat dari Suku Mandar. Rumah adat ini memiliki bentuk yang cukup mirip dengan rumah adat Bugis dan Makassar. Bedanya terletak pada teras yang lebih besar dibandingkan teras di rumah adat lainnya. Rumah adat ini umumnya didominasi oleh penggunaan warna yang gelap. Namun, ada pula yang mempertahankan warna asli dari kayu yang mereka gunakan sebagai bahan baku utamanya.

6. Rumah Banua Maoge Wotu

Rumah Banua Maoge Wotu
 
    Rumah adat Banua Maoge Wotu, adalah rumah adat Sulawesi Selatan yang berada di Kecamatan Wotu, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Rumah ini memiliki sejarah penting sebagai tempat berlangsungnya aktivitas adat dan budaya. Pada zaman dahulu, rumah ini dijadikan istana Macoa Bawalipu dan dijadikan tempat penyimpanan barang-barang berharga milik Kemacoaan Bawalipu. Rumah adat Banua Maoge Wotu memiliki ciri khas yaitu 99 tiang yang dianggap sebagai identitas masyarakat Wotu.
 

7. Rumah Adat Tao Kajjang

 
Rumah Adat Kajang
     
    Balla Tao Kajjang atau rumah kajang merupakan rumah tradisional yang digunakan oleh masyarakat adat kajang di Bulukumba, Sulawesi selatan. Rumah adat ini hampir sama seperti rumah adat di Sulawesi selatan yakni memiliki model rumah panggung. Dilansir dari laman resmi pemerintah kabupaten bulukumba, konstruksi rumah kajang menggunakan utama kayu, kemudian daun nipa dan alang-alang sebagai atap, ijuk dan rotan sebagai pengikat dan bambu sebagai lantai dan dinding.
    Rumah masyarakat adat kajang umumnya tidak terlalu banyak menggunakan kayu. untuk membangun sebuah rumah hanya diperlukan tiga batok pasak atau sulur bawah (padongko) yang melintang dan sisi kiri ke sisi kanan rumah. untuk mengikat kesatuan tiang dalam satu jejeran (latta') pada bagian atas rumah diletakkan balok besar yang melintang dari sisi kiri ke kanan. rumah bagi masyarakat adat kajang merupakan mikrokosmos dari hutan adat. dengan demikian, pemakaian balok (padongko dan lilikang) tersebut merupakan simbolisasi dan tangkai-tangkai kayu pada sebatang pohon,  yang diasosialisasikan dengan tiang-tiang rumah. untuk tanah dengan kedalaman sekitar setengah depa (sihalirappa) atau paling dangkal satu siku (sisingkulu).
 

Air Terjun Sulawesi Selatan

Sulawesi Selatan juga punya Keindahan Air Terjunnya

 


   Tak hanya banyak menyimpan keindahan alamnya, di Sulawesi Selatan dan banyak keragaman yang memanjakan mata duniawi,di Sulawesi Selatan juga mempunyai beberapa Air terjun yang tak kalah cantiknya di pulau-pulau lainnya, ini lah 10 Air Terjun di Sulawesi Selatan :

1. Air Terjun Matabuntu

Ada cukup banyak pilihan wisata air terjun di Sulawesi yang bisa Anda kunjungi. Salah satu air terjun yang cukup populer di kalangan warga lokal maupun wisatawan adalah Air Terjun Matabuntu. Air terjun mata buntu merupakan air terjun yang menawarkan indahnya 33 susun bebatuan. Hal itu tentu menjadikan kawasan ini sangat menarik untuk dinikmati. Air terjun yang satu ini bersumber dari Sungai Tumbura. Jika ingin datang ke indahnya Air Terjun Matabuntu, Anda dapat datang ke daerah Ledu-ledu, Kecamatan Wasuponda, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.

2. Air Terjun Latuppa

Beberapa dari Anda tentu sudah tidak asing dengan sebutan Air Terjun Latuppa. Air terjun yang satu ini menjadi salah satu air terjun yang cukup populer. Anda dapat mengunjungi Air Terjun Latuppa di daerah Latuppa, Mungkajang, Kota Palopo, Sulawesi Selatan. Air terjun yang satu ini menawarkan keindahan luar biasa dan memiliki banyak spot menarik yang dapat dimanfaatkan untuk berfoto. Pengunjung juga dapat menikmati indahnya tebing serta pepohonan yang terdapat di sekeliling air terjun. Anda juga dapat menjumpai berbagai pohon dengan buah yang lebat seperti durian, rambutan, manggis, cokelat, dan lain-lain.

3. Air Terjun Ketemu Jodoh

Pernah mendengar sebutan Air Terjun Ketemu Jodoh? Mendengar namanya saja sudah cukup unik dan menarik bukan? Air terjun yang satu ini banyak disebut sebagai mutiara dari langit karena mengalirkan aliran air yang sangat jernih. Pengunjung juga akan dimanjakan dengan adanya bebatuan serta pepohonan di sekeliling air terjun. Air Terjun Ketemu Jodoh bisa Anda kunjungi di daerah Bonto Lerung, Tinggimoncong, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Indahnya panorama alam yang ditawarkan menjadikan air terjun ini banyak didatangi oleh wisatawan lokal maupun wisatawan yang datang dari berbagai daerah lainnya.

4. Air Terjun Pung Bunga

Tidak perlu bingung menentukan tujuan wisata air terjun, Anda dapat mendatangi Air Terjun Pung Bunga. Air terjun yang satu ini berlokasi di Desa Bonto Manurung, Kecamatan Tompobulu, Bonto Somba, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Tidak sedikit yang mengatakan bahwa Air Terjun Pung Bunga dinobatkan sebagai air terjun tercantik dan terbaik di Sulawesi. Meskipun dikenal menawarkan keindahan luar biasa, tetapi pengunjung harus menyiapkan fisik yang mempuni untuk datang ke air terjun ini karena memiliki akses yang cukup sulit dilalui. Pengunjung juga dapat mencoba sensasi menggapai puncak air terjun dan menikmati indahnya air terjun dari ketinggian.

5. Air Terjun Wae Sai

Diantara banyaknya pilihan Air Terjun, Anda dapat mengunjungi indahnya Air Terjun Wae Sai. Air terjun yang satu ini berlokasi di daerah Lompo Riaja, Tanete Riaja, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan. Air terjun yang satu ini menawarkan keindahan luar biasa. Lokasinya yang sangat jauh dan akses yang sulit dilalui menjadikan wisatawan jarang datang ke tempat ini. Bagi Anda pecinta alam, tentu sangat disayangkan jika tidak datang ke air terjun ini sekaligus berpetualang karena aksesnya yang cukup menantang. Tempat ini cocok dikunjungi bagi Anda yang ingin menenangkan diri maupun menyegarkan pikiran.

6. Air Terjun Simoko

Air Terjun Simoko menjadi salah satu destinasi wisata air terjun yang cukup populer dan banyak didatangi oleh wisatawan dari berbagai daerah. Air terjun yang satu ini bisa Anda kunjungi di Daerah Campaga, Tompobulu, Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan. Pengunjung dapat menikmati indahnya pemandangan yang ditawarkan. Air terjun yang satu ini memiliki suasana yang masih sangat alami dengan tebing dan berbagai tumbuhan di sekelilingnya. Aliran air yang deras dan jernih juga sangat memanjakan mata saat dinikmati. Pengunjung dapat memilih untuk bersantai di sekitar air terjun maupun bermain air di kawasan kolam atau sungai bawah air terjun.

7. Air Terjun Karawa

Mengunjungi Sulawesi tentu sangat disayangkan jika tidak datang ke salah satu tempat wisata yang ditawarkan. Air Terjun Karawa menjadi pilihan bagi Anda yang ingin mengunjungi wisata air terjun. Air terjun yang satu ini bisa anda kunjungi di daerah Betteng, Lembang, Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan. menawarkan keindahan alam luar biasa dengan suasana yang masih sangat alami. Tidak sedikit yang menyebut kawasan ini sebagai air jatuh dari surga karena jatuhan airnya yang sangat halus.

8. Air Terjun Lewaja

Dikenal menawarkan pemandangan indah, salah satunya adalah Air Terjun Lewaja. Air terjun yang satu ini dianggap sebagai tempat suci dan kerap diadakan ritual mandi bersama oleh masyarakat setempat. Air Terjun Lewaja dikenal memiliki kolam yang sangat bersih dan jernih. Hal itu tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung. Anda dapat mengunjungi Air Terjun Lewaja di daerah Lewaja, Kecamatan Enrekang, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan.

9. Air Terjun Lembang Saukang

Ada cukup banyak pilihan destinasi wisata air terjun di Sulawesi yang dikenal menawarkan keindahan luar biasa, salah satunya adalah Air Terjun Lembang Saukang. Air terjun yang satu ini bisa Anda kunjungi di daerah Jalan Lembang Saukang, Tellu Limpoe, Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Air terjun yang satu ini dikenal menawarkan suasana yang masih sangat alami. Pengunjung dapat menikmati indahnya aliran air yang deras dan jernih serta adanya bebatuan dan pepohonan di sekeliling air terjun. Tempat ini tentu menjadi destinasi tepat yang bisa Anda kunjungi saat ingin menenangkan diri maupun melepas penat.

10. Air Terjun Maddengge

Air Terjun Maddengge menjadi salah satu destinasi wisata air terjun di Sulawesi yang sayang untuk Anda lewatkan. Air terjun yang satu ini menawarkan keindahan yang sangat luar biasa. Pengunjung akan dimanjakan dengan banyaknya Spot menarik yang dapat di manfaatkan untuk berfoto. Bersantai di sekitar air terjun maupun bermain air menjadi aktivitas menarik yang dapat Anda pilih untuk menghabiskan waktu berlibur. Saat datang ke Sulawesi, tidak ada salahnya untuk memutuskan mengunjungi air terjun yang satu ini. 


AIR TERJUN 

SULAWESI SELATAN




Kecantikan Pakaian Adat Sulawwasi Selatan

Sejarah Pakaian Adat Sulawesi Selatan dan Keindahan Bentuknya

  Makassar - Baju Bodo adalah salah satu pakaian adat Makassar yang dikenakan oleh kaum wanita. Pakaian ini menjadi busana yang kerap digunakan dalam berbagai acara-acara adat dan pernikahan. Sebagaimana disebutkan dari laman Universitas Binus, nama Baju Bodo merupakan penamaan di wilayah Makassar. Sementara dalam bahasa Bugis dinamakan dengan Waju Ponco. Nama "bodo" atau "ponco" itu sendiri memiliki arti "pendek". Hal ini karena baju ini memang memiliki lengan yang pendek. Menariknya, baju bodo ini disebut-sebut sebagai salah satu busana tertua di dunia. Dikutip dari jurnal IAIN Parepare, baju bodo sudah dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak abad IX. Masuknya bangsa asing di Indonesia, pun turut membawa perubahan pada bentuk baju bodo hingga akhirnya menjadi bentuk seperti sekarang. Lantas seperti apa bentuk, corak dan motif baju bodo ini? Berikut penjelasannya dihimpun detikSulsel dari berbagai sumber:


Bentuk Pakaian Adat Makassar Baju Bodo

     Baju Bodo pakaian adat Sulawesi Selatan. Sesuai namanya, baju bodo memiliki ukuran yang pendek. Selain itu lengannya juga pendek hanya setengah lengan atas. Adapun bentuknya menyerupai persegi seperti balon. Dahulu, baju bodo ini dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan aurat. Untuk menutupi bagian pinggang ke bawah baju ini dipadukan dengan sehelai kain sarung.

    Setelah masuknya Islam di Kota Makassar, baju bodo pun mengalami perubahan. Untuk menutupi aurat bagian dada baju ini biasanya dikenakan baju dalaman yang serasi dengan warna Baju Bodo itu sendiri. Sedangkan pakaian bawahannya tetap menggunakan kain sarung sutra dengan warna yang senada. Penggunaan Baju Bodo Berdasarkan Kegunaan dan Warnanya. Pada zaman dahulu baju bodo ini tidak bisa digunakan sembarangan. Semua harus mengikuti aturan adat yang ditetapkan.  Contohnya, penggunaan baju bodo diatur berdasarkan panjang bajunya. Dengan aturan, baju Bodo yang berukuran pendek sampai pinggang biasanya dipakai oleh anak gadis, penari dan pengantin. Sementara baju bodo yang memiliki ukuran panjang hingga ke betis, umumnya digunakan oleh orang dewasa.

   Selain itu penggunaan baju bodo juga diatur berdasarkan warnanya. Warna-warna tersebut nantinya akan menjadi simbol identitas usia dan status sosial si pemakai. Contohnya, Baju Bodo warna jingga biasanya digunakan oleh anak yang berusia di bawah 10 tahun. Warna Merah diperuntukkan untuk gadis remaja usia 17-25 tahun. Baju bodo berwarna putih biasanya dipakai oleh perempuan dari kelas bawah atau masyarakat awam. Sementara kaum bangsawan menggunakan warna hijau. Adapun warna ungu untuk para perempuan janda. Namun di zaman sekarang ini, aturan penggunaan baju bodo tersebut sudah terabaikan. Orang-orang menggunakan baju bodo dengan ukuran dan warna sesuai minat dan selera masing-masing.

Sejarah Pakaian Adat Makassar Baju Bodo, Busana Tertua di Dunia

Penggunaan baju bodo oleh masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan memiliki sejarah panjang. Bahkan baju ini disebut sebagai salah satu busana tertua di dunia. Disebutkan dalam jurnal IAIN Parepare, bahwa sejarah baju bodo dimulai sejak pertengahan abad IX. Pada zaman dahulu baju ini sudah sering digunakan di dalam acara adat serta menghadiri pesta pernikahan oleh masyarakat Bugis-Makassar.

Pakaian Adat Makassar Baju Bodo, Busana Tertua di Dunia
Edward Ridwan - detikSulsel
Rabu, 09 Nov 2022 10:54 WIB
Baju bodo khas Suku Bugis - Makassar.
Pakaian adat Makassar, Baju Bodo Foto: (istimewa)
Makassar -

Baju Bodo adalah salah satu pakaian adat Makassar yang dikenakan oleh kaum wanita. Pakaian ini menjadi busana yang kerap digunakan dalam berbagai acara-acara adat dan pernikahan.

Sebagaimana disebutkan dari laman Universitas Binus, nama Baju Bodo merupakan penamaan di wilayah Makassar. Sementara dalam bahasa Bugis dinamakan dengan Waju Ponco.

Nama "bodo" atau "ponco" itu sendiri memiliki arti "pendek". Hal ini karena baju ini memang memiliki lengan yang pendek.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menariknya, baju bodo ini disebut-sebut sebagai salah satu busana tertua di dunia. Dikutip dari jurnal IAIN Parepare, baju bodo sudah dikenal oleh masyarakat Sulawesi Selatan sejak abad IX. Masuknya bangsa asing di Indonesia, pun turut membawa perubahan pada bentuk baju bodo hingga akhirnya menjadi bentuk seperti sekarang.

Lantas seperti apa bentuk, corak dan motif baju bodo ini? Berikut penjelasannya dihimpun detikSulsel dari berbagai sumber:
Bentuk Pakaian Adat Makassar Baju Bodo
Baju Bodo pakaian adat Sulawesi Selatan.Baju Bodo pakaian adat Sulawesi Selatan. Foto: (Agung Pramono/detikSulsel)

Sesuai namanya, baju bodo memiliki ukuran yang pendek. Selain itu lengannya juga pendek hanya setengah lengan atas. Adapun bentuknya menyerupai persegi seperti balon.

Dahulu, baju bodo ini dipakai tanpa baju dalaman sehingga memperlihatkan aurat. Untuk menutupi bagian pinggang ke bawah baju ini dipadukan dengan sehelai kain sarung.

Setelah masuknya Islam di Kota Makassar, baju bodo pun mengalami perubahan. Untuk menutupi aurat bagian dada baju ini biasanya dikenakan baju dalaman yang serasi dengan warna Baju Bodo itu sendiri.

Sedangkan pakaian bawahannya tetap menggunakan kain sarung sutra dengan warna yang senada.
Baca juga:
Baju Adat Bugis-Makassar dan Perlengkapannya serta Penjelasan Makna-Filosofi
Penggunaan Baju Bodo Berdasarkan Kegunaan dan Warnanya

Pada zaman dahulu baju bodo ini tidak bisa digunakan sembarangan. Semua harus mengikuti aturan adat yang ditetapkan.

Contohnya, penggunaan baju bodo diatur berdasarkan panjang bajunya. Dengan aturan, baju Bodo yang berukuran pendek sampai pinggang biasanya dipakai oleh anak gadis, penari dan pengantin. Sementara baju bodo yang memiliki ukuran panjang hingga ke betis, umumnya digunakan oleh orang dewasa.

Selain itu penggunaan baju bodo juga diatur berdasarkan warnanya. Warna-warna tersebut nantinya akan menjadi simbol identitas usia dan status sosial si pemakai.

Contohnya, Baju Bodo warna jingga biasanya digunakan oleh anak yang berusia di bawah 10 tahun. Warna Merah diperuntukkan untuk gadis remaja usia 17-25 tahun. Baju bodo berwarna putih biasanya dipakai oleh perempuan dari kelas bawah atau masyarakat awam. Sementara kaum bangsawan menggunakan warna hijau. Adapun warna ungu untuk para perempuan janda.

Namun di zaman sekarang ini, aturan penggunaan baju bodo tersebut sudah terabaikan. Orang-orang menggunakan baju bodo dengan ukuran dan warna sesuai minat dan selera masing-masing.
Sophia Latjuba pakai baju bodoSophia Latjuba pakai baju bodo Foto: Sophia Latjuba
Sejarah Pakaian Adat Makassar Baju Bodo, Busana Tertua di Dunia

Penggunaan baju bodo oleh masyarakat Makassar dan Sulawesi Selatan memiliki sejarah panjang. Bahkan baju ini disebut sebagai salah satu busana tertua di dunia.

Disebutkan dalam jurnal IAIN Parepare, bahwa sejarah baju bodo dimulai sejak pertengahan abad IX. Pada zaman dahulu baju ini sudah sering digunakan di dalam acara adat serta menghadiri pesta pernikahan oleh masyarakat Bugis-Makassar.
Baca juga:
6 Macam Pakaian Adat Sulawesi Selatan Punya Corak dan Motif yang Unik

Bahan dasar baju bodo ini dibuat dari kain muslin, yaitu kain hasil tenunan benang katun. Kain ini digunakan menyesuaikan dengan iklim di daerah tropis karena memiliki rongga dan kerapatan benang yang renggang. Jenis kain ini pertama kali dibuat dan diperdagangkan di Kota Dhaka, Bangladesh pada abad IX.

Sejak saat itu masyarakat Sulawesi Selatan sudah mengenal dan mengenakan jenis kain muslin ini. Sementara bangsa Eropa baru mengenal kain ini pada abad XVII.

Orang Makassar menyebut busana yang terbuat dari kain muslin ini sebagai baju bodo. Tradisi penggunaan baju bodo ini pun diwariskan turun-temurun oleh masyarakat suku Bugis-Makassar dan masih dilestarikan hingga saat ini

Baca artikel detiksulsel, "Pakaian Adat Makassar Baju Bodo, Busana Tertua di Dunia" selengkapnya https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6395806/pakaian-adat-makassar-baju-bodo-busana-tertua-di-dunia.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/ Bahan dasar baju bodo ini dibuat dari kain muslin, yaitu kain hasil tenunan benang katun. Kain ini digunakan menyesuaikan dengan iklim di daerah tropis karena memiliki rongga dan kerapatan benang yang renggang. Jenis kain ini pertama kali dibuat dan diperdagangkan di Kota Dhaka, Bangladesh pada abad IX.

      Sejak saat itu masyarakat Sulawesi Selatan sudah mengenal dan mengenakan jenis kain muslin ini. Sementara bangsa Eropa baru mengenal kain ini pada abad XVII. Orang Makassar menyebut busana yang terbuat dari kain muslin ini sebagai baju bodo. Tradisi penggunaan baju bodo ini pun diwariskan turun-temurun oleh masyarakat suku Bugis-Makassar dan masih dilestarikan hingga saat ini.

7 Pakaian Adat Sulawesi Selatan yang Masih Lestari Hingga Kini

    Pakaian Adat Sulawesi Selatan – Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam-macam pulau. Di mana pulau-pulau di Indonesia juga terdiri dari berbagai macam daerah tersendiri. Setiap daerah yang ada di Indonesia memiliki keberagamannya tersendiri. Misalnya adalah soal pakaian adat yang dimiliki oleh satu daerah dengan daerah lainnya begitu berbeda. Setiap perbedaan pakaian adat ini juga bisa menjadi identitas setiap daerah.

     Nah, dalam artikel ini akan membahas secara khusus pakaian adat Sulawesi Selatan yang mana di Sulawesi Selatan sendiri memiliki lebih dari dua pakaian adat. Setiap pakaian adat Sulawesi Selatan memiliki keunikan tersendiri. Nah agar Anda juga semakin paham, berikut adalah penjelasan akan pakaian adat Sulawesi Selatan.

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

1. Baju Bodo

      Baju Bodo merupakan salah satu pakaian adat Sulawesi Selatan. Yang mana lebih tepatnya baju Bodo adalah pakaian adat asli suku bugis. Baju Bodo juga masuk ke dalam deretan pakaian adat tertua yang ada di dunia. Usut punya usut ternyata masyarakat Sulawesi Selatan sudah memakai baju Bodo sejak abad ke-9. Pada awal kemunculannya, baju Bodo dibuat dengan menggunakan bahan kain yang cukup transparan. Namun ketika agama Islam mulai masuk ke tanah Bugis, keberadaan baju Bodo dimodifikasi menggunakan bahan yang lebih tebal.

     Baju Bodo adalah baju adat yang secara khusus dibuat untuk dikenakan oleh para wanita yang mana dilihat dari desainnya, baju Bodo memiliki bentuk yang cukup unik. Keunikan tersebut terletak dari bentuk seperti segi empat yang dipadupadankan dengan lengan pendek.

    Selain itu wara dari baju Bodo juga memiliki keberagaman yang begitu indah dan paduannya. Keberagaman warna di dalam baju Bodo adalah sebagai simbol usia serta status dari setiap pemakainya. Misalnya adalah baju Bodo dengan warna hijau digunakan sebagai simbol jika wanita yang mengenakannya berasal dari kaum bangsawan.

   Lalu, untuk baju Bodo dengan warna putih memiliki arti jika si pemakai baju adat tersebut berasal dari kalangan dukun atau pembantu. Warna ungu pada baju Bodo menjadi simbol jika si pemakainya adalah seorang janda.

     Sedangkan untuk warna jingga pada baju Bodo memberikan sebuah arti jika wanita yang mengenakannya memiliki usia 10 tahun. Untuk baju Bodo dengan warna merah menunjukkan jika wanita yang memakainya memiliki usia 17 tahun.

     Baju Bodo dibuat dari kain muslim. Yang mana kain muslim adalah kain yang dibuat dengan cara pemintalan kapas kemudian akan dijahit bersama dengan kain katun. Hal ini akan menjadikan para pemakai baju Bodo selalu merasa nyaman.

     Untuk mendukung rasa nyaman si pemakai baju adat tersebut, maka baju Bodo akan dibuat lebih longgar dengan rongga benang yang juga dibuat cukup renggang. Biasanya pemakaian baju Bodo akan dipasangkan dengan penggunaan sarung dengan motif kotak-kotak pada bagian bawahnya.

      Cara memakai sarung bawahan baju Bodo adalah dengan cara digulung menggunakan tangan sebelah kiri. Baju Bodo juga dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris tambahan. Misalnya seperti cincin, bando emas, gelang dan juga kepingan logam. Aksesoris tersebut biasanya terbuat dari emas sepuhan atau logam.


2. Baju Labbu

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Pakaian adat Sulawesi Selatan yang berikutnya adalah baju Labbu. Dimana baju adat ini dibuat khusus untuk digunakan pada kaum wanita. Dahulu kala keberadaan dari baju Labbu hanya digunakan oleh para wanita bangsawan yang berada di kerajaan Luwu.

Meski dahulu pakaian adat baju Labbu digunakan secara khusus oleh wanita dari kalangan bangsawan. Namun untuk saat ini baju Labbu sudah bisa digunakan oleh semua wanita dari kalangan manapun. Biasanya baju Labbu akan digunakan para wanita ketika menghadiri upacara adat atau saat menghadiri upacara pernikahan.

Pakaian adat Sulawesi Selatan ini juga memiliki keunikan yang terletak pada bentuk desainnya. Dimana pada bagian lengan baju Labbu dibuat dengan cukup ketat dengan bentuk memanjang. Sedangkan untuk kain yang digunakan untuk membuat pakaian adat Sulawesi Selatan ini adalah kain sutra tipis.

Sedangkan untuk pelengkap bawahan baju Labbu akan menggunakan sarung lipa’. Tak hanya itu saja saat ini keberadaan baju Labbu juga sudah memiliki berbagai macam motif. Misalnya adalah adanya corak bunga pada bagian dada dan lengan dari baju Labbu.

3. Baju Tutu

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Baju Tutu adalah salah satu pakaian adat Sulawesi Selatan yang berikutnya. Baju Tutu dibuat khusus untuk dikenakan oleh kaum laki-laki. Pakaian adat Sulawesi Selatan ini adalah berupa jas.

Ketika dikenakan, baju Tutu akan dipadupadankan dengan penggunaan baju bella dada. Selain itu penggunaan baju Tutu juga akan dikenakan bersama dengan penggunaan celana serta sarung maupun lipa’ garusuk.

Untuk bagian kepala, para kaum laki-laki akan menggunakan songkok recca yang begitu unik dan juga berbeda dari songkok-singkok pada umumnya yang mana songkok recca ini memiliki motif pada bagian samping berwarna emas. Keberadaan motif emas tersebut juga sebagai penanda akan status kebangsawaan.

Lalu untuk bentuk dari jas tutu memiliki lengan panjang serta pada bagian kerah akan dihiasi menggunakan kancing yang terbuat dari emas ataupun perak. Kerah tersebut nantinya akan dipasangkan pada bagian leher baju Tutu. Hal ini tentunya akan menjadikan keberadaan baju Tutu terlihat begitu mempesona daripada sebelum diberikan sentuhan kerah tersebut.

Lalu untuk kain lipa atau bagian sarung akan menggunakan kain polos namun memiliki warna yang cukup mencolok seperti warna merah atau warna hijau. Baju Bodo dan baju tutu suku Bugis dahulunya hanya dikenakan dalam berbagai macam upacara penting seperti pernikahan.

Namun untuk saat ini keberadaan baju Tutu sudah mengalami banyak dimodifikasi sehingga mampu digunakan dalam kegiatan apapun. Bahkan tak jarang baju Tutu juga sudah bisa kita temukan pada saat ada lomba menari maupun penyambutan tamu kehormatan.

4. Baju Pokko

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Selanjutnya ada Baju Pokko yang juga masuk ke dalam salah satu baju adat Sulawesi Selatan. Dimana Baju Pokko berasal dari suku Toraja yang dibuat khusus untuk dikenakan oleh kaum wanita. Baju Pokko memiliki bentuk baju berlengan pendek dengan warna yang begitu mencolok. Warna dari baju Pokko biasanya seperti kuning, merah dan juga putih yang mana warna tersebut merupakan ciri khas dari baju Pokko Sulawesi Selatan. Keberadaan dari baju Pokko kerap digunakan dengan adanya tambahan aksesoris seperti perhiasan atau manik-manik.

Manik-manik tersebut nantinya akan diletakkan pada bagian dada serta menggunakan tambahan gelang dan ikat kepala atau ikat pinggang yang biasa disebut dengan kandure. Baju Pokko biasanya hanya digunakan pada saat ada acara yang bersifat resmi.


5. Baju Seppa Tallung

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Baju Seppa Tallung adalah salah satu baju adat Sulawesi Selatan yang mana baju Seppa Tallung ini dibuat khusus untuk dikenakan oleh para kaum pria dari suku Toraja. Dimana baju adat ini memiliki ukuran panjang hingga menyentuh bagian lutut.

Penggunaan Baju Seppa Tallung biasanya akan dikenakan bersama dengan tambahan aksesoris lainnya seperti lipa, gayang dan lain-lain. Keberadaan dari baju Seppa Tallung semakin terkenal ketika dikenakan dalam acara Manhunt International 2022 di Korea Selatan.

Selain itu Baju Seppa Tallung juga memiliki keunikan seperti warna dan juga adanya aksesoris khas dari suku Toraja yang bisa memberikan kesan begitu positif bagi yang menggunakannya.

Dalam acara pergelaran tersebut, baju Seppa Tallung yang diperlihatkan sudah mengalami modifikasi. Misalnya adanya banyak aksesoris tambahan yang terdapat pada baju Seppa Tallung seperti sayap dan juga tanduk. Hal ini akan menjadikan keberadaan baju Seppa Tallung semakin menakjubkan dan memukau.


6. Baju Pattuqduq Towaine

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Berikutnya ada baju Pattuqduq Towaine yang merupakan salah satu baju adat Sulawesi Selatan. Lebih tepatnya baju Pattuqduq Towaine berasal dari suku Mandar. Keberadaan dari baju adat ini biasanya dikenakan untuk menghadiri acara pernikahan atau pada saat pertunjukan tarian Pattuqduq.

Umumnya baju Pattuqduq Towaine terdiri dari 18 potong. Namun, apabila baju Pattuqduq Towaine dikenakan pada acara pernikahan, maka baju adat yang akan dikenakan adalah 24 potong.

Baju Pattuqduq Towaine juga terdiri dari beragam jenis. Beberapa jenis dari baju Pattuqduq Towaine adalah seperti Rawang Boko atau baju pokok, Lipaq Saqbe Mandar atau sarung bercorak, Lipaq Aqdi Dirattwe atau sarung khas yang menggunakan rantai dan juga ada Lipaq Aqdi Dirrater Duatdong atau sarung pada pinggir bawah.

Penggunaan baju Pattuqduq Towaine akan dikenakan berasam dengan berbagai macam perhiasan. Mulai dari perhiasan bagian kepada hingga bagian tangan. Hal ini dilakukan bukan tanpa alasan, pasalnya penggunaan perhiasan tersebut adalah salah satu bentuk budaya dari suku Mandar.

Penggunaan baju Pattuqduq Towaine mayoritas dikenakan oleh para kaum perempuan. Lalu untuk kaum pria akan menggunakan jas tertutup yang terbuat dari bahan sutra. Pada bagian atas akan dipadukan dengan celana panjang serta sarung yang akan diletakan pada bagian pinggang.

Keberadaan dari pakaian adat untuk kaum pria ini akan melambangkan jika waran dari suku Mandar harus selalu gesit dalam bekerja serta dalam bertindak.



7. Baju Bella Dada

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Jika baju Bella Dada merupakan pakaian adat suku Bugis Makassar yang dikenakan oleh para kaum wanita. Jadi, baju Bella Dada adalah pakaian adat yang akan dikenakan oleh para kaum pria. Memiliki nama baju Bella Dada juga bisa diartikan sebagai baju yang ada belahan pada bagian dada.

Model dari baju Bella Dada memiliki lengan panjang dengan leher berkerah dan dibumbui oleh kancing berwarna emas atau perak. Selain itu ada juga tambahan saku pada bagian kanan dan kiri baju tersebut.

Berikutnya pada bagian celana pelengkap baju Bella Dada biasa disebut dengan Paroci yang dibalut dengan sarung yang biasa disebut dengan lipa’garusu. Saat mengenakan baju adat ini, para pria Makassar akan menambahkan hiasan penutup kepala bernama passapu’.

baju Bella Dada biasanya akan dibuat dari kain tradisional tanpa ada motif apapun atau polos namun memiliki waran terang yang cukup mencolok seperti merah dan hijau. Selain perhiasan kepada passapu’, baju Bella Dada juga akan dilengkapi aksesoris seperti gelang, badik dan hiasan lainnya.

Para kaum pria akan mengenakan baju Bella Dada pada saat menghadiri upacara adat, pernikahan serta acara kenegaraan maupun acara formal lainnya.


Pakaian Pengantin Sulawesi Selatan

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Pakaian pengantin Sulawesi Selatan biasanya akan dipilih sesuai dengan keinginan para pengantinnya. Dimana umumnya para pria akan mengenakan baju Turu atau model pakaian yang akan disesuaikan dengan gaun yang dikenakan oleh mempelai wanita.

Sedangkan untuk pengantin wanita biasanya akan mengenakan baju Bodo. Dimana warna yang dipilih dalam baju ada tersebut akan disesuaikan dengan warna yang dikenakan oleh mempelai pria.

Karena penggunaan baju adat tersebut untuk acara pernikahan, maka pakaian tersebut akan dibuat dengan bahan yang lebih berkualitas. Selain itu pakaian pengantin Sulawesi Selatan akan diberikan sentuhan tangan berupa aksesoris agar terlihat lebih elegan, meriah yang juga akan disesuaikan dengan suasana pernikahan.


Baju Adat Sulawesi Selatan Anak-Anak

Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Pakaian adat untuk anak-anak Sulawesi Selatan biasanya akan mengenakan baju bodo. Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika baju Bodo memiliki warna yang bisa merepresentasikan status seseorang. Khusus untuk anak-anak akan mengenakan baju Bodo dengan warna jingga.

Sedangkan ketika sudah beranjak dewasa, baju Bodo yang dikenakan akan memiliki warna merah darah. Biasanya para perempuan akan mengenakan baju Bodo dengan warna merah. Sedangkan untuk para dukun akan mengenakan baju Bodo dengan warna putih.


Aksesoris Tambahan Pada Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Seperti yang dijelaskan sebelumnya jika baju adat Sulawesi Selatan akan dikenakan bersamaan dengan beberapa aksesoris tambahan terutama untuk baju adat yang dikenakan oleh para kaum wanita. Dimana penggunaan aksesoris tersebut akan dikenakan dalam berbagai acara seperti pernikahan maupun pada saat mengenakan baju Bodo dan baju Labbu.

Misalnya seperti penggunaan aksesoris rambut yang nantinya para pengantin wanita akan disanggul berdiri tegak berada tepat di belakang kepala yang biasanya disebut dengan Simpolong Teppong. Selanjutnya rambut tersebut akan dilengkapi dengan pinang goyang serta bunga simpolong yang telah disusun secara rapi pada bagian samping kanan dan juga kiri.

Tak hanya itu saja, pasalnya aksesoris tambahan seperti mahkota atau bando yang biasa disebut dengan saloko juga akan dikenakan. Dimana keberadaan aksesoris saloko ini merupakan sebuah lambang akan keagungan dari burung merak yang begitu menawan bentuknya.


Senjata Pelengkap dari Pakaian Adat Sulawesi Selatan

Sebelumnya telah dijelaskan jika pakaian adat dari kaum wanita Sulawesi Selatan akan dilengkapi dengan berbagai macam aksesoris tambahan. Sedangkan untuk pakaian adat kaum pria Sulawesi Selatan akan dilengkapi dengan senjata tradisional berupa keris. Keris Pasatimpo adalah jenis keris berkepala dengan sarung yang terbuat dari bahan emas.

Nah itulah penjelasan terkait dengan pakaian adat Sulawesi Selatan beserta aksesoris tambahannya. Keberadaan dari baju adat Sulawesi Selatan sampai saat ini masih terus ada. Hal ini tak lain karena pada acara-acara penting seperti pernikahan, keberadaan dari Sulawesi Selatan masih terus digunakan.

Bahkan beberapa pakaian adat Sulawesi Selatan juga sudah mengalami modifikasi. Hal tersebut akan menjadikan beberapa pakaian adat Sulawesi Selatan tak hanya bisa digunakan oleh para kaum bangsawan saja, namun juga sudah bisa dikenakan oleh semua orang dalam berbagai macam acara.

Sudah sepantasnya kita sebagai warga negara Indonesia untuk tetap selalu menjaga keberagaman budaya seperti keberadaan dari pakaian adat Sulawesi Selatan. Banyak cara yang bisa dilakukan untuk bisa melestarikan keberadaan baju adat. Misalnya tetap mengenakan baju adat pada acara-acara tertentu seperti pernikahan atau acara resmi lainnya. Dengan begitu, sampai kapanpun keberadaan dari baju adat akan terus lestari dari generasi ke generasi selanjutnya.




Baca artikel detiksulsel, "Pakaian Adat Makassar Baju Bodo, Busana Tertua di Dunia" selengkapnya https://www.detik.com/sulsel/budaya/d-6395806/pakaian-adat-makassar-baju-bodo-busana-tertua-di-dunia.

Download Apps Detikcom Sekarang https://apps.detik.com/detik/

Pesona Alam Pegunungan Sulawesi Selatan

Menelusuri Keindahan Pegunungan Tertinggi di Sulawesi Selatan

    

     Pegunungan di Sulawesi Selatan menjadi ciri khas dataran tinggi di Sulawesi Selatan. Bentangan pegunungan di Sulawesi Selatan mulai dari pantai laut Flores di Kota Bantaeng hingga ke perbatasan dengan Sulawesi Tengah di bagian utara Sulawesi Selatan. Ketinggian pegunungan di Sulawesi Selatan antara 2000-3000 meter.  Pegunungan di Sulawesi Selatan ada tujuh dengan formasi geologi tersier dan kuarter.

    Wilayah Pegunungan di Sulawesi Selatan telah dihuni sejak masa prasejarah. Suku-suku yang menetap di pegunungan Sulawesi Selatan utamanya adalah suku Toraja dan suku Konjo Pegunungan. Sementara itu, beberapa hewan langka yang menghuni wilayah pegunungan Sulawesi Selatan adalah anoa, sikatan lompobattang dan monyet tonkean.

1. Gunung Tertinggi di Sulawesi Selatan Latimojong

    Pegunungan Latimojong adalah gunung tertinggi di Sulawesi Selatan. Pegunungan ini memiliki jajaran gunung dengan beberapa puncak. Puncak tertinggi yakni Rante Mario dengan ketinggian mencapai 3.430 mdpl yang terletak di Kabupaten Enrekang. Sementara puncak kedua gunung tertinggi di Sulawesi Selatan Latimojong yaitu Nene' Mori, sekaligus menjadi titik tertinggi kedua di Sulawesi Selatan dengan ketinggian 3.397 mdpl. Sebagian besar jajaran puncak pegunungan Latimojong memiliki ketinggian puncak di atas 3.000 mdpl. Prof Asri menjelaskan pegunungan Latimojong memiliki tipe yang sama dengan pegunungan tertinggi di Indonesia, Puncak Jaya. Yakni terbentuk dari batuan metamorphic atau tektonik. "Pegunungan tertinggi di Sulawesi Selatan bukan dari gunung api seperti kebanyakan daerah. Latimojong itu terbentuk dari batuan tektonik atau metamorfisme, kapur, dari 100 juta tahun lalu," jelas Prof Asri. Hutan di gunung tertinggi di Sulawesi Selatan Latimojong tergolong pada tipe ekosistem Mutan Montana dengan ketinggian rata-rata 2000-3000 mdpl. Gunung tertinggi di Sulawesi Selatan ini berada di Kabupaten Enrekang.


2. Gunung Tertinggi di Sulawesi Selatan Balease

    
    Gunung Balease adalah salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan. Gunung Balease titik tertinggi di Pegunungan Karoue dengan ketinggian puncak 3.016 Mdpl. Gunung tertinggi di Sulawesi Selatan nomor 2 ini secara administratif berada di perbatasan Kabupaten Luwu Utara dan Kabupaten Luwu Timur. Prof Asri menjelaskan Gunung Balease merupakan gunung api yang sudah tidak aktif. Gunung Balease terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik yakni yang berasal dari magma gunung berapi yang membeku. "Jadi gunung Balease itu terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik, yang terbentuk pada skala waktu miosen-pliosen atau 10 juta tahun lalu," jelas Prof Asri. Selain itu, Balease disusun oleh batuan granitik. Hal ini yang mendatangkan pasir saat banjir bandang di Mamasa pada September 2021 lalu. "Itu kalau lihat peristiwa banjir bandang di Mamasa, pasirnya itu dari sana. Itu karena tersusun dari batuan granitik," imbuhnya.

3. Gunung Tertinggi di Sulawesi Selatan Kambuno

    
    Gunung tertinggi ketiga di Sulawesi Selatan adalah Gunung Kambuno. Punya ketinggian mencapai 2.950 mdpl. Proses terbentuknya Gunung Kambuno sama dengan Gunung Balease. Dimana salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan ini terbentuk dari batuan beku yang berasal dari magma gunung berapi yang membeku. "Balease sama dengan Kambuno terbentuk dari batuan magmatis atau plutonik dan terbentuk pada skala waktu geologi miosen-pliosen atau 10 juta tahun lalu," jelasnya.

4. Gunung Tertinggi di Sulawesi Selatan Bawakaraeng
    

    Gunung Bawakaraeng menjadi salah satu gunung tertinggi di Sulawesi Selatan yang menjadi tujuan favorit para pendaki. Memiliki ketinggian mencapai 2.700 mdpl. Gunung yang terletak di Kabupaten Gowa ini juga terkenal dengan titik terdingin di Sulawesi Selatan. Prof Asri menjelaskan Bawakaraeng merupakan salah satu gunung api di Sulawesi Selatan yang sudah tidak aktif. Namun, kawah dari gunung ini masih terlihat. "Bawakaraeng ini terbentuk dari gunung api yang sudah tidak aktif lagi, tapi kawahnya masih kelihatan," jelasnya. Gunung Bawakaraeng tersusun dari batuan vulkanik. Yakni batuan beku yang terbentuk dari pendinginan magma ketika telah berbentuk lava atau fragmen beku di permukaan bumi. "Pembentukan Gunung Bawakaraeng terjadi pada skala waktu kuater atau 2 juta tahun lalu," imbuh Prof Asri. Selain memiliki panorama alam yang menjanjikan, Gunung Bawakaraeng juga menyimpan mitos yang cukup populer. Diketahui, penganut sinkretisme di wilayah sekitar gunung ini meyakini Gunung Bawakaraeng sebagai tempat pertemuan para wali. Para penganut keyakinan ini juga menjalankan ibadah haji di puncak Gunung Bawakaraeng setiap musim haji atau bulan Zulhijjah, bersamaan dengan pelaksanaan ibadah haji di Tanah Suci. Tepat tanggal 10 Zulhijjah, mereka melakukan salat Idul Adha di puncak Gunung Bawakaraeng.

5. Gunung Tertinggi di Sulawesi Selatan Sesean


    Gunung Sesean menjadi gunung tertinggi di Sulawesi Selatan ke-5. Sama seperti Gunung Bawakaraeng, gunung ini juga dulunya merupakan gunung api. Sehingga terbentuk dari batuan vulkanik. "Sesean juga terbentuk dari gunung api, dari batuan volkanik. Tetapi sudah tidak aktif," jelas Prof Asri. Dia menambahkan, berbeda dengan Bawakaraeng, kawah Gunung Sesean tidak lagi terlihat. Sehingga memiliki puncak kerucut. "Sesean itu dari batuan gunung api tua sudah tidak kelihatan lagi kawahnya, sudah kerucut," imbuhnya. Tercatat, gunung Sesean memiliki usia jauh lebih tua yakni skala waktu geologi miosen atau sekitar 30 juta tahun yang lalu. Gunung Sesean terletak di Desa Sesean, Kecamatan Sesean Solora, Toraja Utara. Memiliki ketinggian 2.100 meter di atas permukaan laut.


Kepercayaan Tradisional Orang-orang Sulawesi Selatan

Kepercayaan yang ada di Sulawesi Selatan??


Kepercayaan tradisional di Sulawesi

    Kepercayaan tradisional di Sulawesi merujuk pada kepercayaan tradisional yang dianut oleh masyarakat di Pulau Sulawesi. Berikut ini daftar kepercayaan tradisional di Sulawesi


Aluk Todolo

Artikel utama: Aluk Todolo

    Aluk Todolo adalah agama etnis leluhur nenek moyang suku Toraja yang hingga saat ini masih dipraktikkan oleh sejumlah besar masyarakat Toraja. Pada tahun 1970, Aluk Todolo sudah dilindungi oleh negara dan resmi dikategorikan ke dalam agama Hindu, sehingga kerap disebut sebagai "Hindu Alukta". Aluk Todolo adalah salah satu agama tertua yang dalam perkembangannya banyak dipengaruhi oleh ajaran-ajaran hidup konfusius dan agama Hindu. Oleh karena itu, Aluk Todolo merupakan suatu kepercayaan yang bersifat pantheisme yang dinamistik.


Islam Tua

Artikel utama: Islam Tua

  Islam Tua atau Masade adalah aliran kepercayaan suku Sangir yang berkembang di Kepulauan Sangihe. Islam Tua adalah sebutan yang diberikan orang luar kepada penganut kepercayaan ini karena menganggap sebagian ajarannya lebih dekat pada agama Islam, sedangkan para pemeluknya sendiri menyebutnya sebagai Masade. Akibat tekanan pemerintahan dan berkembangnya zaman, agama ini mengalami beberapa perubahan nama. Pertama kali agama ini dikenali sebagai agama Masade, kemudian Islam Handung, kemudian Penghayat, dan pada akhirnya agama ini disebut oleh sebagian orang Sangihe sebagai Islam Tua.


Tolotang

Artikel utama: Tolotang

    Tolotang (kadang ditulis Tolottang atau Towani Tolotang) adalah agama asli suku Bugis yang dianut mayoritas di beberapa wilayah dalam provinsi Sulawesi Selatan, terutama di Kabupaten Sidenreng Rappang. Sekitar 5.000 warga di wilayah Amparita, Sidenreng Rappang menganut agama ini secara turun temurun.

    Karena pemerintah Indonesia hanya mengakui enam agama, selebihnya dikategorikan sebagai "Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa", dan karena penganut Tolotang tidak mau disebut sebagai aliran kepercayaan, akhirnya mereka menggabungkan diri dengan agama Hindu. Maka dari itu, hingga saat ini kepercayaan ini juga dikenal dengan nama Hindu Tolotang.


Tonaas Walian

Artikel utama: Tonaas Walian

Tonaas Walian adalah agama etnis yang dianut oleh orang Minahasa di Sulawesi Utara.


Suku Sangir

    Suku Sangir (bahasa Sangir: Tau SangΓ©r) adalah kelompok etnis dari Indonesia yang menghuni rangkaian kepulauan antara Sulawesi dan Mindanao, Filipina bagian selatan. Bahasa asli suku ini adalah bahasa Sangir,biasanya ditemukan di provinsi Sulawesi Utara, tepatnya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Talaud Indonesia dan Wilayah Davao, Filipina.


     Dan masih banyak lagi kepercayaan yang ada di Sulawesi Selatan, setiap daerah memiliki kepercayaan masing-masing dan adat istiadat mereka yang mereka anggap semua anutan yang harus mereka lestarikan agar anak cucu mereka tau sejarah apa saja yang ada di daerah mereka.

Sejarah Pulau Sulawesi Selatan

Apa Saja yang ada di Pulau Sulawesi Selatan 

Sekitar 30.000 tahun silam pulau ini telah dihuni oleh manusia. Penemuan tertua ditemukan di gua-gua dekat bukit kapur dekat Maros, sekitar 30 km sebelah timur laut dan Makassar sebagai ibu kota Provinsi Sulawesi Selatan. Kemungkinan lapisan budaya yang tua berupa alat batu Pebble dan flake telah dikumpulkan dari teras sungai di lembah Walanae, di antara Soppeng dan Sengkang, termasuk tulang-tulang babi raksasa dan gajah-gajah yang telah punah.


Selama masa kemasan perdagangan rempah-rempah, pada abad ke-15 sampai ke-19, Sulawesi Selatan berperan sebagai pintu gerbang ke kepulauan Maluku, tanah penghasil rempah. Kerajaan Gowa dan Bone yang perkasa memainkan peranan penting di dalam sejarah Kawasan Timur Indonesia di masa Ialu.


Pada sekitar abad ke-14 di Sulawesi Selatan terdapat sejumlah kerajaan kecil, dua kerajaan yang menonjol ketika itu adalah Kerajaan Gowa yang berada di sekitar Makassar dan Kerajaan Bugis yang berada di Bone. Pada tahun 1530, Kerajaan Gowa mulai mengembangkan diri, dan pada pertengahan abad ke-16 Gowa menjadi pusat perdagangan terpenting di wilayah timur Indonesia. Pada tahun 1605, Raja Gowa memeluk Agama Islam serta menjadikan Gowa sebagai Kerajaan Islam, dan antara tahun 1608 dan 1611, Kerajaan Gowa menyerang dan menaklukkan Kerajaan Bone sehingga Islam dapat tersebar ke seluruh wilayah Makassar dan Bugis.


Perusahaan dagang Belanda atau yang lebih dikenal dengan nama VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) yang datang ke wilayah ini pada abad ke-15 melihat Kerajaan Gowa sebagai hambatan terhadap keinginan VOC untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di daerah ini. VOC kemudian bersekutu dengan seorang raja bone bernama Arung Palakka yang hidup dalam pengasingan setelah jatuhnya kekuasaan di bawah kerajaan Gowa-Tallo.


Belanda kemudian mendukung Palakka kembali ke Bone, sekaligus menghidupkan perlawanan masyarakat Bone dan Sopeng untuk melawan kekuasaan Gowa. Setelah berperang selama setahun, Kerajaan Gowa berhasil dikalahkan. Dan Raja Gowa, Sultan Hasanuddin dipaksa untuk menandatangani Perjanjian Bongaya yang sangat mengurangi kekuasaan Gowa. Selanjutnya Bone di bawah Palakka menjadi penguasa di Sulawesi Selatan.


Persaingan antara Kerajaan Bone dengan pemimpin Bugis lainnya mewarnai sejarah Sulawesi Selatan. Ratu Bone sempat muncul memimpin perlawanan menentang Belanda yang saat itu sibuk menghadapi Perang Napoleon di daratan Eropa. Namun setelah usainya Perang Napoleon, Belanda kembali ke Sulawesi Selatan dan membasmi pemberontakan Ratu Bone. Namun perlawanan masyarakat Makassar dan Bugis terus berlanjut menentang kekuasaan kolonial hingga tahun 1905-1906. Pada tahun 1905, Belanda juga berhasil menaklukkan Tana Toraja, perlawanan di daerah ini terus berlanjut hingga awal tahun 1930-an.


Sebelum Proklamasi Kemerdekaan RI, Sulawesi Selatan, terdiri atas sejumlah wilayah kerajaan yang berdiri sendiri dan mendiami empat etnis yaitu: Bugis, Makassar, Mandar, dan Toraja.


Ada tiga kerajaan besar yang berpengaruh luas yaitu Luwu, Gowa, dan Bone, yang pada abad ke XVI dan XVII mencapai kejayaannya dan telah melakukan hubungan dagang serta persahabatan dengan bangsa Eropa, India, China, Melayu, dan Arab.


Setelah kemerdekaan, dikeluarkan UU Nomor 21 Tahun 1950 di mana Sulawesi Selatan menjadi provinsi Administratif Sulawesi dan selanjutnya pada tahun 1960 menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara berdasarkan UU Nomor 47 Tahun 1960. Pemisahan Sulawesi Selatan dari daerah otonomi Sulawesi Selatan dan Tenggara ditetapkan dengan UU Nomor 13 Tahun 1964, sehingga menjadi daerah otonomi Sulawesi Selatan.

PESONANYA PULAU SULAWESI SELATAN

  Selamat Datang di cerita Anak Sulawesi Selatan    Selamat   datang di vlog cerita anak Sulawesi Selatan,   Disini saya membuat vlog ini un...