Makanan Khas yang ada di Sulawesi Selatan
(putu cangkir)
Makanan khas Sulawesi Selatan – Makanan khas Sulawesi Selatan (Sulsel) punya cita rasa yang memikat hati. Tak heran bila pecandu makanan tidak ingin melewatkan buat merasakan kelezatannya yang bikin ketagihan.
Ragam makanan khas Sulawesi Selatan memang menggugah selera. Anda mampu menikmati pilihannya mulai dari camilan manis, kaya akan rempah, hingga pedas.
Sulawesi merupakan pulau yang terletak di sebelah timur Indonesia, tepatnya terletak di antara pulau Kalimantan di sebelah barat serta Kepulauan Maluku sebelah di sebelah timur. Penduduk pulau Sulawesi rata- rata didominasi oleh suku Bugis- Makassar yang mayoritas dari mereka merupakan orang dagang.
Di pulau Sulawesi ada 6 buah provinsi, ialah provinsi Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, serta Gorontalo.
Pulau Sulawesi tercantum pulau yang ramai didatangi oleh para turis lokal ataupun mancanegara.
Keelokan alam serta laut pulau Sulawesi memunculkan energi tarik yang begitu kokoh sehingga membuat sekian banyak orang berbondong- bondong tiba ke pulau tersebut. Tidak hanya keelokan pariwisatanya, pulau Sulawesi pula populer dengan suguhan kuliner yang bermacam-macam.
Nama-nama makanan khas sulawesi selatan yang terkenal dikalangan masyrakat sulawesi maupun diluar daerah :
- Pisang Epe
- Pisang ijo
- Bassang
- Coto Makassar
- Kapurung
- Lawa Bale
- Nasu Palekko
- Roti Maros
- Tenteng Malino
- Baje'
- Bipang (Jipang)
- Lappo
- Baroncong
- Sop Saudara
- Barongko
- Bandang-Bandang
- Sup Konro
- Pallubasa
- Pallu Butung
- Pa'piong
- Kue Biji Nangka
- Cucuru Bayao
- Jalangkote
- Putu Cangkiri
- Roko-roko Cangkuning
- Songkolo Bagadang
- Pallu Ce'la
- Palumara
- Coto Kuda
- Burak
- Pammarasan
- Pallawa
- Kue Dange
- Deppa Tori
1. Pisang Ijo
Pisang ijo atau es pisang ijo adalah sejenis makanan khas Makassar di Sulawesi Selatan, terutama di kota Makassar. Makanan ini terbuat dari bahan utama pisang yang dibalut dengan adonan tepung berwarna hijau. Cara memasaknya dengan mengukus di dandang. Adonan tersebut dibuat dari tepung, air, dan pewarna hijau yang terbuat dari campuran air dengan daun suji atau pandan. Di Makassar, Pisang ijo akan sering ditemui ketika bulan ramadhan tiba, sebab menu pisang Ijo merupakan salah satu menu buka puasa favorit warga Makassar.
2. Bassang
Bassang merupakan makanan khas dari kelompok etnik suku Makassar di Sulawesi Selatan. Makanan ini sejenis bubur yang terbuat dari jagung pulut (jagung ketan), tepung terigu, air, gula dan garam. Bassang lebih baik dihidangkan dalam keadaan panas dan diberi gula pasir secukupnya pada waktu disajikan
3. Coto Makassar
Coto makassar atau Pallu coto mangkasarak adalah hidangan tradisional Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Makanan ini terbuat dari jeroan sapi yang direbus dalam waktu yang lama. Rebusan jeroan bercampur daging sapi ini kemudian diiris-iris, lalu dibumbui dengan bumbu yang diracik secara khusus. Biasanya, Coto makassar dihidangkan dalam mangkuk dan dinikmati dengan ketupat dari daun kelapa dan burasa, yakni sejenis ketupat yang dibungkus daun pisang. Coto Makassar diperkirakan telah ada semenjak masa Kerajaan Gowa, tepatnya di Kabupaten Gowa pada abad ke-16. Dahulu, hidangan coto bagian daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan. Sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan.
4. Kapurung
Kapurung (Bahasa Tae': Pugalu) adalah salah satu makanan khas tradisional di Sulawesi Selatan, khususnya masyarakat daerah Luwu Raya (Kota Palopo, Kabupaten Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, Luwu Tengah) juga di Tawau, Sabah, Malaysia yang dihuni masyarakat mayoritas orang Sulawesi Selatan.
Makanan ini terbuat dari sari atau tepung sagu. Kapurung dimasak dengan campuran ikan atau daging ayam dan aneka sayuran. Meski makanan tradisional, kapurung mulai populer. Selain ditemukan di warung-warung khusus di Makassar juga telah masuk ke beberapa restoran, bersanding dengan makanan modern.
5. Roti Maros
Roti Maros adalah makanan khas dari daerah Bugis-Makassar. Roti ini mengambil nama daerah asal pembuatannya, yakni Kabupaten Maros. Sebelum dikenal oleh masyarakat luas hingga seantero Provinsi Sulawesi Selatan, Roti Maros merupakan roti kampung biasa, yang konon dibuat bagi konsumsi masyarakat menengah ke bawah. Seiring waktu, industri rumah tangga pembuat Roti Maros pun berkembang. Pada awalnya, bentuk Roti Maros masih seperti bakpao berwarna putih. Begitu pula dengan cara pembuatannya hanya menggunakan alat-alat yang cukup sederhana. Biasanya, digunakan alat pemanggang roti yang dindingnya terbuat dari batu bata. Sementara mesin pompa digunakan untuk membuat pembakaran. Saat ini, pembuat Roti Maros sudah menggunakan peralatan modern, seperti oven berbahan bakar gas elpiji, mixer, rak roti, loyang, dan proofing final box' untuk mempercepat pengembangan adonan roti dan mempercantik kulit roti setelah dipanggang. Dahulunya, Roti Maros dibungkus dengan plastik bening, setelah itu ditutup dengan kertas roti. Namun, sejak harga kertas roti mahal pada tahun 1990-an, kertas roti diganti dengan kertas koran, yang ternyata justru menjadi ciri khas Roti Maros.
Ciri khas : Roti Maros mirip dengan roti kasur dan dibuat sama dengan roti pada umumnya dengan menggunakan tepung terigu, akan tetapi yang membedakannya adalah resep khusus pada isi rotinya yang dibuat secara turun-temurun berupa selai khas Maros. Dengan kata lain, Roti Maros ini memiliki rasa yang khas dengan roti pada umumnya.
Bajek atau Wajek adalah salah satu kue khas asal dari etnis Bugis, Makassar dan Mandar di Sulawesi yang terbuat dari beras ketan yang dicampur santan dan gula merah. Makanan manis ini bisa bertahan beberapa hari, jika disimpan dalam wadah tertutup. Baje biasanya dibungkus dalam daun pisang kering dan saat ini sudah tersedia varian berupa rasa durian dan rasa kacang.
Baje’ memiliki nilai filosofi. Karena berasa manis dan lengket—mengikat satu sama lain. Antara satu butir songkolo dengan butir yang lain sulit dipisahkan dan ini menunjukkan nilai persatuan. Selain itu, rasa manis berarti memberi harapan agar kehidupan bisa berjalan dengan manis alias jauh dari marabahaya. Rasa manis inilah yang diharapkan membawa tuah dalam kehidupan. Sedangkan proses membuat yang mudah dibuat namun bermanfaat menunjukkan pula jika ingin berbuat baik, maka sebaiknya jangan terlalu mempersulit diri.
Jipang, bipang atau Brondong Beras adalah jenis makanan ringan tradisional yang terbuat dari beras atau beras ketan. Kata bipang diserap dari bahasa Hokkien bΓ-phang[1] (η±³θ³; pinyin Mandarin = mΗ fΔng) yang berarti "beras yang harum atau wangi", merujuk kepada penganan dari berondong beras. Bipang merupakan salah satu cemilan rakyat populer dari Tiongkok. Para perantau asal Tiongkok yang tiba di Indonesia pada masa lalu memperkenalkan bipang untuk dijual sebagai cemilan. Beberapa usaha pembuatan bipang tradisional yang mereka rintis masih bertahan hingga kini, salah satunya Toko Bipang Jangkar di Pasuruan, Jawa Timur yang telah beroperasi sejak tahun 1940.
Proses pembuatan : Jipang merupakan cemilan rakyat yang dikenal di banyak daerah di Indonesia. Masing-masing daerah mempunyai metode pembuatan dan bahan yang berbeda-beda. Selain itu, proses pembuatan skala besar di pabrik pun tidak sama dengan proses pembuatan di masing-masing keluarga. Bahan utama yang diperlukan dalam membuat jipang beras adalah beras dan gula pasir. Beras yang cocok dijadikan jipang biasanya berasal dari gabah yang telah disimpan selama tiga sampai empat hari. Menurut produsen jipang, makanan ringan ini justru diminati saat musim hujan sementara pada musim kemarau permintaan akan turun. Alasannya karena pembeli menghindari cemilan yang membuat haus pada saat musim kemarau. Pembuatan jipang biasanya dilakukan di pabrik menggunakan alat khusus di mana beras dimasak (dipanggang) dengan kompor gas bertekanan tinggi. Pada proses ledakan, bahan baku beras berubah menjadi butiran berondong. Butiran-butiran ini dicampurkan dengan karamel yang rasanya manis. Sebelum mengeras, adonan dihamparkan di meja untuk dipadatkan kemudian diiris sesuai ukuran. Di daerah Lahat, Sumatera Selatan, jipang merupakan cemilan khas lebaran yang metode pembuatannya berbeda dengan jipang produksi pabrik. Jipang khas Lahat dibuat secara manual dengan bahan dari beras ketan. Jipang rumahan ini harus melewati proses pencucian, perendaman, pengukusan, pengolesan dengan gula merah, penjemuran di bawah sinar matahari, hingga pada akhirnya digoreng.
9. Baroncong
Baroncong atau Buroncong (diucapkan : barΓ³ncoΕ) atau juga Guroncong adalah nama kue tradisional khas masyarakat etnis Suku Makassar, di Sulawesi Selatan, Indonesia. Jenis kue ini memiliki rasa yang gurih, bentuknya seperti busur atau setengah lingkaran, atau mirip dengan Kue Pukis. Kue ini juga serupa dengan kue Pancong di Jawa, kue Bandros di Jakarta atau kue Kui-kui di Polewali Mandar. Kue ini umumnya mudah ditemukan di pagi hari, khususnya di kawasan Pantai Losari. Harganya berkisar antara Rp.1.500 - Rp. 3.000. Para penjual menjajakan kue ini dalam gerobak yang dilengkapi dengan cetakan khusus beserta kompornya. Para penjual kue Baroncong di Makassar dan Gowa kebanyakan adalah laki-laki yang disebabkan perlu tenaga lebih untuk mendorong gerobak jualan.
10. Sop Saudara
Sop saudara merupakan masakan khas dari Sulawesi Selatan (tepatnya dari Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan) berupa hidangan berkuah dengan bahan dasar daging sapi yang biasanya disajikan bersama bahan pelengkap seperti bihun, perkedel kentang, jeroan sapi (misalnya, paru goreng), dan telur rebus.Masakan ini umum dikonsumsi bersama dengan nasi putih dan ikan bolu (bandeng) bakar.
Sejarah : Konon, sop saudara berawal dari H. Dollahi yang merupakan seorang pelayan dari H. Subair, seorang penjual sop daging yang cukup terkenal di Makassar pada era tahun 1950-an. Keduanya adalah warga kampung Sanrangan Pangkep yang mengadu peruntungan untuk meneruskan hidup dengan membuka warung makan. Setelah selama 3 tahun berkongsi, H. Dollahi pun memberanikan diri untuk membuka usaha sendiri pada tahun 1957 dengan membawa nama Sop Saudara yang membuka lapak di kawasan Karebosi, Makassar. Racikan H. Dollahi ini ternyata mampu menarik minat pecinta kuliner baik bagi warga asli maupun pendatang. Nama Sop Saudara yang unik ini dipilih karena terinspirasi dari nama "coto paraikatte" (biasa dijadikan nama warung yang menjual Coto Makassar). Dalam bahasa Makassar "paraikatte" berarti "saudara" atau "sesama". Dengan nama tersebut, H. Dollahi berharap semua orang yang makan di warung ini akan merasa bersaudara dengan pemilik, pelayan dan sesama penikmat Sop Saudara.
11. Barongko
Barongko merupakan makanan khas di Sulawesi Selatan khususnya bagi suku Bugis dan suku Makassar. Barongko artinya singkatan dari barangku mua udoko (bahasa Bugis), yang artinya barangku sendiri yang kubungkus. Maksudnya, adonan yang bahan bakunya adalah pisang, juga dibungkus dengan daun pisang . Bahan adonan untuk membuat barongko terdiri dari pisang kepok yang dihaluskan, telur, santan, gula pasir, dan garam. Sedangkan bahan pembungkus adonan barongko adalah daun pandan dan daun pisang. Barongko dibuat melalui pengukusan. Pada masa kerajaan-kerajaan suku Bugis dan suku Makassar, barongko hanya disajikan untuk para raja. Penyajiannya kemudian meluas ke masyarakat suku Bugis dan suku Makassar. Barongko disajikan sebagai camilan dalam upacara perkawinan adat dan upacara adat lainnya. Barongko memiliki makna filosofis berkaitan dengan hubungan antara adonan dan pembungkusnya. Pemerintah Indonesia telah menetapkan barongko sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia.
12. Sup Konro
Sup konro atau Pallu konro adalah masakan sup iga sapi khas Indonesia yang berasal dari tradisi Etnik Makassar. Sup ini biasanya dibuat dengan bahan iga sapi atau daging sapi. Masakan berkuah warna coklat kehitaman ini biasa dimakan dengan burasa dan ketupat yang dipotong-potong terlebih dahulu. Warna gelap ini berasal dari buah kluwek yang memang berwarna hitam. Bumbunya relatif "kuat" akibat digunakannya ketumbar. Rasa pedas dan berbumbu ini dibuat dari campuran rempah-rempah, seperti ketumbar, keluwak (buah yang menyebabkan masakan berwarna hitam), sedikit pala, kunyit, kencur, kayu manis, asam, daun lemon, cengkih, dan daun salam.
Variasi
Konro aslinya dimasak berkuah dalam bentuk sup yang kaya rempah, akan tetapi kini terdapat variasi kering yang disebut "Konro bakar" yaitu iga sapi bakar dengan bumbu khas konro. Konro bakar biasanya juga disajikan dengan disertai kuah sup yang terpisah.
13. Pallu Basa
Pallu basa adalah makanan tradisional Suku Makassar, Sulawesi Selatan. Seperti Coto Mangkasara (Coto Makassar), Pallu basa juga terbuat dari jeroan (isi dalam perut) sapi atau kerbau. Proses memasaknya pun hampir sama dengan Coto Makassar, yaitu direbus dalam waktu lama. Setelah matang, jeroan yang ditambah dengan daging itu diiris-iris, kemudian ditaruh/dihidangkan dalam mangkuk. Asal kata pallu basa terdiri dari dua kata yaitu pallu dan basa yang artinya masak/memasak dan basah/kuah. Dahulu, Pallu basa dengan daging sapi sirloin dan tenderloin hanya disajikan untuk disantap oleh keluarga kerajaan, sementara bagian jeroan disajikan untuk masyarakat kelas bawah atau abdi dalem pengikut kerajaan. Kini, penjual-penjual Pallu basa memberikan bermacam-macam pilihan daging sapi atau jeroan untuk dihidangkan. Yang membedakan Pallu basa dengan Coto Makassar adalah bumbunya yang diracik khusus. Selain itu, Coto Makassar dimakan bersama ketupat, sementara Pallu basa dimakan bersama nasi putih.
14. Pallu Butung
Pallu Butung atau Pallu Santang adalah makanan khas Sulawesi Selatan, makanan ini sering dijadikan hidangan untuk berbuka puasa di saat bulan Ramadan. Pallu Butung ini hampir mirip dengan Pisang Ijo. Pallu Butung terbuat dari campuran tepung beras, santan, gula pasir, daun pandan, vanili dan garam yang kemudian sampai matang dan kental. lalu dimasukkan potongan-potongan pisang raja yang juga sudah masak lalu diaduk. Pallu Butung dapat dihidangkan hangat-hangat, juga bisa dihidangkan dingin dengan menambah parutan es di atasnya. Pallu Butung juga bisa ditambahkan sedikit sirup untuk menambah warna dan rasa manis.
15. Pa'piong
Pa'piong adalah masakan khas Toraja yang terdiri atas daun miana (Coleus blumei) dicampur dengan daging babi, ayam kampung atau ikan mas. Daging di dalamnya tercerai berai dan bercampur dengan parutan kelapa yang menguning karena bumbu. Bumbu yang digunakan antara lain rajangan bawang merah dan bawang putih, garam, potongan jahe, dan batang serai untuk menghilangkan bau amis. Setelah dibungkus daun miana, pa'piong dimasukkan ke dalam batang bambu dan dibakar. Daun miana berwarna ungu dan rasanya agak pahit. Piong sendiri di Toraja berarti sejenis lemang. Pa’piong dahulu disajikan pada acara-acara penting atau upacara- upacara adat. Saat ini, pa' piong telah disajikan secara awam oleh masyarakat Toraja.
16. Jalangkote
Jalangkote adalah makanan ringan khas Etnik Makassar di Sulawesi Selatan, yang bentuknya serupa dengan kue pastel. Bedanya pastel memiliki kulit yang lebih tebal dibandingkan jalangkote dan bila pastel dimakan bersama cabai rawit, jalangkote dimakan bersama sambal cair campuran cuka dan cabai. Jalangkote memiliki isi wortel dan kentang yang dipotong dadu, tauge, serta laksa yang ditumis dengan menggunakan bawang putih, bawang merah, merica, dan bumbu-bumbu lainnya. Beberapa jalangkote menambahkan seperempat atau setengah telur rebus dan daging cincang; termasuk daging sapi, daging ayam, ataupun seafood untuk isinya. Kulit jalangkote terbuat dari bahan dasar tepung terigu, telur, santan, susu bubuk, mentega, dan garam.
17. Palumara
Palumara adalah sebuah hidangan tradisional khas Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia. Hidangan ini terkenal dengan kuah sup ikan yang gurih dan kaya rempah. Palumara biasanya disajikan sebagai makanan utama dalam acara-acara spesial atau perayaan di daerah tersebut.
Bahan-bahan : Bahan-bahan utama dalam palumara adalah ikan segar, seperti ikan tenggiri atau kakap, yang dipotong menjadi potongan kecil. Selain itu, rempah-rempah seperti lengkuas, daun jeruk, serai, jahe, dan bawang putih juga digunakan untuk memberikan cita rasa yang khas pada kuahnya. Beberapa resep juga menambahkan bumbu tambahan seperti cabai dan kunyit untuk memberikan warna dan rasa yang lebih menarik.
Cara pembuatan : Untuk membuat palumara, ikan yang telah dipotong kecil direbus dalam air bersama dengan rempah-rempah dan bumbu-bumbu lainnya. Proses perebusan ini memungkinkan rempah-rempah dan bumbu-bumbu meresap ke dalam ikan dan memberikan rasa yang kaya dan lezat pada kuahnya. Setelah ikan matang, palumara disajikan dengan kuah panas dan ditaburi dengan bawang merah goreng dan seledri cincang sebagai hiasan.
Penyajian : Palumara biasanya disajikan dengan nasi putih hangat sebagai pendampingnya. Hidangan ini juga sering disajikan bersama dengan sambal terasi atau kecap manis, yang dapat menambahkan cita rasa yang lebih kaya. Beberapa variasi palumara juga menambahkan bahan tambahan seperti sayuran hijau atau kacang panjang untuk memberikan tekstur dan keanekaragaman pada hidangan.
Warisan budaya : Palumara adalah bagian penting dari budaya kuliner Makassar dan merupakan salah satu hidangan yang paling terkenal dari daerah tersebut. Hidangan ini juga sering dihidangkan dalam acara-acara pernikahan, upacara adat, dan acara-acara besar lainnya. Rasanya yang kaya dan gurih membuat palumara menjadi favorit di kalangan masyarakat lokal maupun wisatawan yang mengunjungi Sulawesi Selatan.
18. Pisang Epe kuliner khas Sulawesi Selatan
Pisang epe merupakan salah satu makanan khas Sulawesi Selatan yang ketika ini hanya mampu ditemui di Makassar atau tepatnya di daerah Pantai Losari. Kuliner yang satu ini cukup populer bagi rakyat sebab penyajiannya yang terbilang unik.
Epe pada bahasa lokal Makassar berarti jepit atau dipipihkan. makanan spesial Sulsel ini menggunakan pisang raja yang dibakar memakai alat pres atau penjepit.
Menikmati pisang epe pun mempunyai pilihan rasa sinkron kesukaan. Pilihan yang paling awam ialah menggunakan gula merah cair. Namun, Anda juga mampu menentukan menggunakan topping lain seperti keju, cokelat, susu, atau mampu juga mengkombinasikan seluruh topping.
Soal harga Anda tidak perlu khawatir. untuk mampu mencicipi kuliner khas Sulsel ini Anda hanya perlu mengeluarkan uang mulai Rp 10.000 sampai Rp 15.000 saja. Murah bukan?
19. Nasu Palekko
Makanan spesial Sulawesi Selatan yang tidak kalah beken artinya Nasu Palekko. makanan olahan bebek cincang ini mempunyai rasa pedas yang nendang serta bikin ketagihan. Nasu Palekko atau Bebek Palekko ini asal dari bahasa lokal Bugis-Makassar. Nasu artinya masak serta palekko artinya wajan atau kuali berasal tanah. Bahkan dasarnya memakai bebek.
Bagi pencinta pedas tentu saja tidak ingin melewatkan makanan spesial Sulawesi Selatan yang satu ini. Cita rasa yang ditawarkan dengan perpaduan rempah seperti jahe, kunyit, sereh, serta lengkuas akan membentuk aromanya kian menggiurkan.
ketika ini telah poly masyarakat yang membuka perjuangan makanan Nasu Palekko. biasanya dijual seporsi atau satu ekor menggunakan harga Rp100.000-an. akan tetapi terdapat juga yang menjualnya menggunakan porsi mungil dengan harga mulai Rp15.000-an.
20. Ikan Bakar Parape
Ikan bakar parape masuk pada formasi makanan spesial Sulawesi Selatan yang selalu dicari penikmat seafood. Cita rasa yang ditawarkan asal ikan bakar ini terdapat di bumbunya yang kaya akan rempah.
Olahan ikan ini mempunyai cita rasa pedas, asam, anggun, dan tentunya bikin ketagihan. Jenis ikan yang biasa dipergunakan bergantung selera, mulai dari baronang, cepa, serta sebagainya.
Bumbu yang digunakan dalam hidangan ikan bakar parape relatif beragam. Mulai dari bawang merah, bawang putih, jahe, gula merah, kemiri, sampai air asam dicampur menjadi satu. Ikan bakar parape bisa ditemui pada beberapa warung makan seafood di Makassar. Harganya mulai berasal kisaran Rp40.000-an.
21. Mie Titi
Olahan mi kering yang dikenal dengan sebutan mie titi merupakan makanan spesial Sulawesi Selatan yang juga paling diburu penikmat makanan. makanan ini tersaji menggunakan kuah kental yang khas bersama menggunakan sayur-sayuran serta beberapa varian topping.
Di Makassar, Anda mampu menikmati mie titi menggunakan pilihan varian seperti ayam, seafood, sampai daging sapi. Bergantung selera. Harga mie titi jua terbilang murah. buat satu porsi hanya dibanderol Rp 30.000-an.
22. Nasu Likku
Makanan spesial Sulawesi Selatan selanjutnya merupakan Nasu Likku. Hidangan yang satu ini mirip seperti rendang ayam. namun bedanya nasu likku jauh lebih kering.
Hidangan ayam berempah ini hanya dibaluri kelapa yang sebelumnya sudah dicampur dengan parutan lengkuas. Tekstur ayam jua lebih empuk serta gurih, karena sudah dimasak beserta lengkuas.
Rasa legit lezat asal nasu likku ini tidak lepas asal kiprah santan serta adonan lengkuas yang sedap. Bagi pencinta makanan tentu tidak ingin melewatkan buat mencicipi hidangan ini. Harga satu porsi nasu likku terbilang murah. Anda hanya perlu mengeluarkan uang mulai dari Rp 20.000-an buat bisa menikmati kelezatannya.
23. Songkolo Bagadang
Songkolo bagadang galat satu makanan khas Sulawesi Selatan yang wajib dicoba. Songkolo atau juga kerap dianggap sokko dalam bahasa Bugis, merupakan hidangan nasi ketan hitam atau putih yang ditabur menggunakan parutan kelapa sangrai yang sudah dicampur dengan gula aren.
24. Sarabba
Sarabba ialah minuman khas suku Bugis yang banyak tinggal di Makassar dengan bahan pembuatan meliputi jahe, gula aren, merica bubuk, kuning telur, serta santan. Kombinasi tersebut hendak memunculkan minuman dengan rasa hangat pedas manis sehingga sangat sesuai diminum dikala cuaca dingin.
Warna yang dihasilkan berkat percampuran bahan tersebut merupakan cokelat, tetapi tidak sangat pekat. Harga buat minuman yang bisa dengan gampang ditemui di Makassar ini cuma 8 ribu hingga 10 ribu rupiah saja per satu gelasnya.
Rasa dari sarabba sangat khas serta dikatakan sanggup menaikkan energi dan dapat menghangatkan badan. Belum lagi penyakit semacam flu serta masuk angin dapat dengan lekas ditangkal sehabis meminumnya.
Untuk yang mau menikmatinya, tiba saja ke salah satu tempat penjualannya di Jalur Sungai Cerekang, Makassar yang senantiasa ramai didatangi. Namun, apabila mau menikmati sarabba di rumah, beli saja kemasan saset sarabba supaya instan terbuat dimanapun.
25. Burasa
Sudah dikatakan di atas tentang burasa ialah olahan yang dibuat dari beras dengan santan yang dibalut daun pisang. Ukurannya sendiri memanglah lebih kecil dari lontong, sehingga terdapat pula yang menyebutnya dengan panggilan lontong bersantan.
Nama yang lain yang tidak kalah populer merupakan buras serta lapat, tetapi nama burasa hendak senantiasa jadi nama yang sangat diketahui serta menempel pada panganan ini.
Santapan asli warga Bugis Sulawesi Selatan tersebut mempunyai wujud pipih tetapi kerap dimakan bersama dengan coto makassar ataupun opor ayam, spesialnya dikala lebaran ataupun hari raya Idul Fitri.
Metode buat buatnya pula terkategori gampang, ialah pertama- tama dengan merebus beras yang sudah dicampur dengan santan hingga lembek. Nantinya hendak dibungkus mengenakan daun pisang yang ditali memakai tali rafia yang nantinya dapat langsung direbus hingga matang.
Santapan ini sanggup bertahan sepanjang 2 hari, sehingga sangat pas dibawa selaku bekal santapan dikala ekspedisi. Memakannya pula tidak sulit, tidak hanya selaku sahabat makan, pula dapat dimakan secara langsung ataupun ditemani sambal serta telur rebus.
Saat ini, burasa sudah menyebar hingga luar Sulawesi Selatan, sebab sudah hingga Gorontalo, Kalimantan, sampai Malaysia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar